BENARKAH SEMUT JEPANG DAPAT JADI OBAT
Belum
lama ini, muncul beberapa artikel di internet yang menjelaskan khasiat semut
Jepang sebagai obat. Konon,
serangga ini dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti diabetes,
kolesterol, hipertensi, penyakit jantung dan asam urat. Benarkah demikian?
Tidak seberapa lama setelahnya, muncul juga
artikel yang menyatakan bahwa semut Jepang tersebut berbahaya bagi tubuh karena
mengandung banyak bakteri. Jadi, manakah yang benar? Apakah semut ini
bermanfaat atau malah justru berbahaya bagi tubuh? Mari kita mengulasnya lebih
lanjut.
Apakah sebenarnya semut Jepang
itu?
Sebelum mengetahui manfaat dan bahayanya,
tentu kita perlu mengetahui terlebih dahulu hewan apa sebenarnya yang dimaksud
dengan semut Jepang ini.
Belum dapat dipastikan apa sebenarnya semut
Jepang itu karena semut Jepang hanyalah sebutan lokal semata. Mungkin di lain
daerah, hewan ini dikenal dengan nama yang lain pula. Perlu penelitian oleh
para ahli entomologi untuk mengetahui secara pasti spesies semut Jepang ini.
Sejauh ini, berdasarkan artikel-artikel
yang beredar di internet, yang paling mendekati bentuk hewan yang dikenal oleh
masyarakat sebagai semut Jepang kemungkinan adalah sejenis serangga dengan nama
latinTenebrio molitor. Hewan ini termasuk dalam golongan Coleoptera
(kumbang-kumbangan) yang memiliki ciri-ciri memiliki dua pasang sayap dan tipe
mulut menggigit. Serangga ini mengalami metamorfosis sempurna. Pada fase
larvanya, sering juga dikenal sebagai ulat Hongkong atau Mealworm atau Yellow
Mealworm.
Untuk mempermudah pemahaman dalam ulasan
ini, kita anggap semut Jepang yang dikenal masyarakat adalahTenebrio molitorini.
Apakah semut Jepang bermanfaat
bagi tubuh?
Organisasi pangan dan pertanian dunia (Food
and Agriculture Organization atau FAO) sebenarnya sudah pernah menerbitkan
jurnal mengenai serangga-serangga yang bisa dimakan beserta kandungan nutrisi
yang ada di dalamnya, termasuk jugaTenebrio molitor.
Sebagaimana hewan dan serangga yang lain,Tenebrio
molitorini memang mengandung zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Seratus
gram larvanya dapat menghasilkan energi sebanyak 206 kkal, sedangkan pada
bentuk dewasa bisa menghasilkan energi 138 kkal tiap 100 gramnya. Larvanya juga
mengandung protein sekitar 14-25 gram per 100 gram larva segar. Selain itu,
juga mengandung vitamin B12 (0,47 mikrogram/100 gram larva segar) dan
mineral-mineral seperti natrium, kalium, zat besi, zink, dan selenium. Organisme
ini juga mengandung asam lemak, meskipun jumlahnya tidak sebanyak pada daging.
Semuanya itu tergantung dari makanan yang dimakan oleh serangga tersebut.
Tenebrio molitorini sebenarnya benyak
ditemukan dan banyak digunakan sebagai makanan hewan peliharaan seperti burung
dan ikan. Namun, tidak sedikit juga manusia yang mengonsumsinya sebagai bahan
makanan. Hal ini banyak ditemukan di daerah-daerah pedalaman di mana serangga
ini dianggap sebagai makanan tradisional. Serangga lain seperti belalang dan
jangkrik juga banyak dikonsumsi oleh manusia.
Apakah benarTenebrio molitorini
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit?
Di internet banyak bertaburan artikel
tentang khasiat serangga ini sebagai obat. Bahkan ada juga yang sampai
mencantumkan petunjuk atau dosis konsumsinya. Ada yang berdasarkan pengalaman
pribadi, ada pula yang hanya sekedar mendengar dari orang lain.
Lalu, apakah benarTenebrio molitordapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, kolesterol, hipertensi,
penyakit jantung, dan asam urat? Jawabannya adalah tidak tahu, karena hingga
saat ini belum ada penelitian mengenai khasiat serangga tersebut sebagai obat.
Belum ada jurnal kedokteran yang bisa membuktikannya. Mungkin hal ini bisa
memancing para peneliti dan ahli kesehatan serta para dokter untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Siapa tahu suatu saat nanti memang
terbukti bahwa serangga ini dapat mengobati penyakit-penyakit tersebut.Yang jelas, hingga saat ini belum ada bukti tentang khasiat
serangga ini sebagai obat, termasuk bahwa hewan ini mampu menghasilkan insulin,
itu belum ada penelitiannya.
Penyakit-penyakit seperti diabetes,
kolesterol, hipertensi, penyakit jantung, dan asam urat memang merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan kesabaran. Penyakit-penyakit ini memang amat
sukar untuk bisa sembuh total, tetapi mudah untuk dikendalikan. Cara
mengendalikannya bisa dengan obat-obatan yang sudah pasti terbukti mampu
mengendalikannya serta perlu diikuti dengan perubahan gaya hidupdan pola makan
ke arah yang lebih baik dan lebih sehat.
Bila tidak ingin minum obat terus-menerus,
kita harus menjaga kesehatan dan pola makan agar terhindar dari penyakit
tersebut beserta komplikasinya. Tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri
secara rutin ke dokter meskipun tidak merasakan adanya gejala sakit, apalagi
bila memiliki faktor risiko, misalnya ada anggota keluarga sekandung yang
menderita penyakit tersebut atau faktor usia yang sudah di atas 40 tahun.
Bila sudah terlanjur mengalami penyakit
tersebut, segera hubungi dokter. Dokter akan memberikan pengobatan yang tepat
dan telah terbukti bermanfaat. Tidak ada dokter yang berniat untuk menyakiti
pasiennya. Daripada mencoba-coba hal yang belum terbukti, lebih baik langsung
berkonsultasi dengan dokter karena dokter tidak hanya bisa memberikan obat,
tetapi juga bisa mengajarkan bagaimana pola hidup dan pola makan yang sehat
sehingga hidup menjadi lebih bermakna.
Jenis serangga tertentu memang ada yang
boleh dimakan, misalnya mealworm, belalang, jangkrik, silkworm, dan sebagainya.
Namun, belum ada bukti mengenai khasiatnya sebagai obat. Jadi, ya, kalau mau
dimakan ya boleh-boleh saja, tetapi jangan terlalu berharap setelah makan itu
penyakit diabetesnya jadi sembuh.
Apakah semut Jepang ini
berbahaya?
Jawabannyan bisa jadi, tetapi tidak selalu.
Sama halnya dengan serangga lain, seperti nyamuk, lalat, semut, kecoa, bahkan
kupu-kupu,Tenebrio moliniini juga bisa menjadi vektor atau perantara dari
kuman, virus, telur cacing atau mikroorganisme lain untuk dapat masuk ke tubuh
manusia.
Penyakit yang paling banyak dibawa oleh
serangga ini adalah kecacingan. Seperti lalat, serangga ini dapat hinggap di
tempat-tempat kotor dan mungkin tanpa sengaja memakan telur cacing, yang
ukurannya super kecil, yang menempel pada makanannya. Bila kita memakan
serangga ini, telur cacing tersebut tentu akan ikut masuk ke dalam tubuh kita.
Bila telur tersebut ”selamat” dari berbagai mekanisme pertahanan tubuh
(misalnya asam lambung), telur tersebut akan menetas dan tumbuh di dalam usus
kita menjadi cacing dewasa.
Salah satu artikel di internet menyebutkan
kisah seseorang yang setelah mengonsumsi semut Jepang kemudian mengalami diare
dan perutnya membesar hingga harus dioperasi. Diare bisa merupakan gejala awal
kecacingan. Bila cacing telah tumbuh dewasa dan beranak pinak di dalam usus
kita, tentu perut akan semakin membesar. Cacing yang tumbuh di dalam usus juga
akan memicu respon tubuh dengan menghasilkan lendir dan sel-sel radang (yang
bila bercampur akan tampak seperti nanah) sehingga akan terjadi radang usus.
Wajar saja bila saat dioperasi, didapati usus sudah rusak dan banyak nanahnya
(seperti dalam artikel itu). Jika beruntung, mungkin juga akan ditemukan cacing
di dalam ususnya.
Itu adalah salah satu risiko mengonsumsi
serangga, meskipun tidak selalu terjadi. Jadi, jika ingin memakannya,
disarankan untuk membeli serangga tersebut dari tempat-tempat yang memang
terpercaya dan khusus membudidayakan serangga tersebut sehingga sumber makanan
dari serangga itupun terjaga kebersihannya. Jika memang penjualnya tidak
meyakinkan, lebih baik dimasak dulu hingga matang agar kalaupun ada telur
cacing sudah mati melalui proses pemanasan.
0 komentar:
Posting Komentar